Aceh Utara, baratapost.com – Dibalik setiap tindakan operasi yang sukses, terselip kerja sunyi dari sebuah unit yang jarang disorot publik yaitu Central Sterile Supply Department atau CSSD.
Di Rumah Sakit Umum (RSU) Cut Meutia Aceh Utara, unit ini menjadi ujung tombak keselamatan pasien, memastikan bahwa setiap peralatan medis yang digunakan steril sempurna, bebas dari mikroorganisme pembawa infeksi.
“Keselamatan pasien dimulai dari alat yang bersih dan steril. Itu tanggung jawab utama CSSD,” ujar dr. Syarifah Rohaya, SpM, Direktur RSUD Cut Meutia Aceh Utara, Rabu 17 Juni 2025.
Central Sterile Supply Department (CSSD) adalah bagian rumah sakit yang menangani sterilisasi dan distribusi alat kesehatan. Meski berada di belakang layar, perannya tak kalah penting dibanding ruang bedah atau IGD. Di sinilah seluruh alat operasi, instrumen gigi, perlengkapan laboratorium, hingga alat bantu rawat inap disterilkan secara sistematis sebelum digunakan kembali.
“CSSD bukan hanya mencuci atau membersihkan alat. Prosesnya kompleks, penuh tahapan dan berstandar tinggi. Kalau satu tahap saja dilewati, risiko infeksi bisa sangat besar,” kata dr. Syarifah dengan nada serius.
Proses sterilisasi di CSSD RSUD Cut Meutia dilakukan melalui berbagai metode, mulai dari pencucian manual, ultrasonic cleaning, hingga sterilisasi dengan autoclave (uap panas bertekanan tinggi) dan gas ethylene oxide untuk alat-alat yang tidak tahan panas.
Alat yang sudah steril kemudian dikemas, diberi label tanggal, dan disimpan dalam kondisi khusus sebelum dikirim kembali ke unit-unit pelayanan.
CSSD RSUD Cut Meutia telah menjalankan standar pelayanan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan dan protokol dari WHO. Bahkan dalam beberapa aspek, CSSD rumah sakit ini sudah menerapkan prinsip-prinsip sterilisasi yang sekelas dengan rumah sakit rujukan nasional.
Setiap alat yang masuk CSSD harus melalui proses validasi dan re-validasi. Alat yang rusak atau tidak memenuhi standar langsung kami keluarkan dari sirkulasi,” jelas dr. Syarifah.
Ia mengakui bahwa investasi terhadap CSSD bukan hanya dari segi peralatan modern, tapi juga pelatihan sumber daya manusia. Para petugas CSSD di RSUD Cut Meutia telah mengikuti pelatihan khusus, dan mereka memahami bahwa pekerjaannya berhubungan langsung dengan nyawa pasien.
RSU Cut Meutia adalah rumah sakit rujukan terbesar di kawasan timur laut Aceh, melayani pasien dari berbagai kabupaten. Jumlah operasi setiap hari bisa mencapai 10–20 kasus, belum termasuk kebutuhan alat sterilisasi untuk IGD, ICU, ruang isolasi, dan bangsal umum.
“Dengan beban seperti itu, tantangannya tentu luar biasa. Tapi kami tetap mengutamakan kualitas. Kami tidak bisa main-main dengan proses sterilisasi, karena menyangkut nyawa,” tegas dr. Syarifah.
Menurutnya, keberhasilan CSSD dalam mempertahankan standar tinggi sangat membantu menekan angka infeksi nosokomial (infeksi yang didapat pasien selama dirawat di rumah sakit). “Itu indikator langsung bahwa CSSD bekerja dengan baik,” imbuhnya.
RSU Cut Meutia, di bawah kepemimpinan dr. Syarifah, terus melakukan inovasi dalam pengelolaan CSSD. Salah satunya adalah dengan menerapkan sistem tracking dan dokumentasi digital, yang memungkinkan setiap alat yang disterilkan tercatat dan dapat ditelusuri dengan akurat.
“Mulai dari siapa yang memegang alat, kapan disterilkan, dan kapan digunakan lagi—semua harus terdokumentasi. Ini penting untuk audit dan pengawasan internal,” ujarnya.
Selain itu, rumah sakit juga sedang merancang pembaruan sistem penyimpanan dan tata letak CSSD agar lebih ergonomis dan efisien.
Dalam ruang steril bersuhu sejuk, dengan pakaian pelindung lengkap, para petugas CSSD bekerja tanpa lelah. Mereka bukan dokter, bukan perawat yang berhadapan langsung dengan pasien, tetapi tanggung jawab mereka sama beratnya.
“Tiap hari kami memeriksa ratusan alat. Harus teliti, harus sabar. Satu kesalahan bisa sangat fatal,” kata Marlina, salah satu petugas senior CSSD RSUD Cut Meutia.
Mereka bekerja dalam sistem shift, memastikan CSSD berjalan 24 jam non-stop. “Kami jarang dikenal, tapi kami bangga. Karena ini pekerjaan mulia,” tambahnya.
CSSD juga menjadi salah satu poin penilaian penting dalam akreditasi rumah sakit. RSUD Cut Meutia kini tengah mempersiapkan diri menuju akreditasi paripurna dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Keandalan CSSD menjadi salah satu ujung tombak penilaian mutu dan keselamatan pasien.
“Kalau CSSD tidak sesuai standar, mustahil rumah sakit bisa dapat akreditasi tertinggi. Itu sebabnya kami sangat serius membina unit ini,” jelas dr. Syarifah. (advertorial)