Aceh Utara, Baratapost.com – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Aceh Utara mencatat 163 kasus HIV/AIDS di Aceh Utara mengalami naik turun terhitung sejak tahun 2007 hingga 2022 dan setiap tahunnya terus mengalami naik turun angka penderita penyakit menular itu.
Amir Syarifuddin selaku Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, melalui Pengelola Program HIV Dinkes, Mena Desiana menyebut, pada tahun itu, diantaranya ada 111 orang laki, dan 52 orang perempuan. Namun, pada Januari-Maret 2023 ini ada penambahan empat kasus, sebut Mena Desiana kepada sejumlah Wartawan di ruang kerjanya.
Lanjut Mena, dari jumlah 163 kasus positif HIV/AIDS itu tersebar di 27 kecamatan dalam wilayah Aceh Utara, dan yang meninggal dunia ada 69 orang, sisanya sampai sekarang pasien itu masih berobat,” ungkap Mena.
Dirinya menambahkan bahwa, Dinas kesehatan Aceh Utara juga mempunyai program pemeriksaan viral load HIV yang digunakan untuk mengukur jumlah virus HIV di dalam darah guna melihat apakah virusnya itu masih berkembang atau tidak.
Sehingga, apakah obat yang mereka minum itu berfungsi dengan baik untuk mematikan atau mencegah virus HIV tersebut berkembang biak, semua pasien yang mengkonsumsi obat serta sudah diperiksa viral load dan pengobatan Antiretroviral-nya (ARV) berhasil.
Sebut Mena, ARV merupakan bagian dari pengobatan HIV dan AIDS untuk mengurangi risiko penularan HIV. Menurutnya faktor terjangkit HIV itu berbagai macam, seperti perilaku seks bebas bisa meningkatkan risiko terkena penyakit menular seperti HIV, bisa jadi terinfeksi dari cairan darah dan sejenis hal lainnya.
Sayangnya kata Mena, Rata-rata yang mengalami penderita ini di usia produktif dari 15 tahun, bahkan hingga usia 50-an. Kalau terkena HIV itu gejala awal memang tidak muncul secara jelas, kecuali sudah terjangkit selama 5 sampai 10 tahun baru terlihat daya tahan tubuh menurun sehingga baru banyak terserang penyakit lainnya.
“Paling banyak terjadi adalah diare berulang kali dan jamur di mulut,” Mena.
Tambahnya menganjurkan kepada masyarakat kalau memang terasa berisiko, maka datanglah ke Puskesmas di kecamatan masing-masing untuk dilakukan skrining kesehatan guna mengetahui apakah mengidap HIV atau tidak, Jadi, begitu cepat kita tahu bahwa terkena HIV.
“Maka juga segera bisa mendapatkan pengobatan sehingga kualitas hidup juga lebih bagus, tapi kalau sudah menuju ke AIDS tentu pengobatannya sudah susah,” sebut Mena.
Dirinya melanjutkan, harus diobati terlebih dahulu penyakitnya seperti diare maupun TB (Tuberkulosis) baru kita bisa mengkonsumsi obat HIV-nya, dari jumlah 163 kasus pengidap HIV/AIDS tersebut paling banyak dialami laki-laki, diantaranya juga ada 70 kasus yang terkena akibat melakukan hubungan seksual sesama jenis.
Untuk itu, kata Mena, pada prinsipnya pihak Dinkes Aceh Utara melalui Pengelola Program HIV terus melakukan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat, terlebih tenaga kesehatan di Puskesmas pun sering melaksanakan kegiatan serupa, misalnya di kafe-kafe melakukan skrining kesehatan bagi masyarakat. (ADV)